Tadi malam seperti biasanya aku berangkat ngajar ke daerah semolowaru. Ngajar les privet gitu de. Biasalah, mahasiswa nyari tambahan dikit-dikit buat makan. Kebetulan hari ini adalah hari dapet gaji, hehehehe.. jadi gag sabar, pengennya ngebutin motorku trus langsung sampe de. Pas tiba di rumah clien, ups.. klien kale biar kerenan dikit. Langsung aja masukin motorku ke halaman trus masuk ke rumahnya de. Rumah klienku ini menurutku gag terlalu mewah juga dibandingkan dengan rumah-rumah yang tadi aku lewati, tapi gaya hidupnya munkin sama glamornya, diilihat dari penampilan dan asset kekayaan yang mereka punyai. Laptop aja sampe gag kehitung, padahal aku punya satu ini aja uda untung dan bersyukur banget. Huah, dasar orang kaya, bingung kali ya mau make uang buat apa.
Yup, back to focused topic, sebenernya sih aku mau ngomongin soal stiker-stiker dan kartu-kartu kecil yang aku temuin di meja ruang tamu klien ku, namanya Sari, anak kelas 2 dio sebuah SMA swasta di Surabaya (lumayan terkenal sih). Nah, coba tebak stiker-stiker dan kartu apakah itu?? Yaaakk, jawaaabannya adalah itu foto-foto caleg DPRD Surabaya ama DPR tingkat Jatim.
Trus aku iseng tanya ke Sari, “ngapain juga kamu ngumpulin barang ginian, papamu tim sukses ya?” trus dia malah bilang kalo stiker-stiker itu tiap pagi ato siang ato sore ditemuin nangkring di pager rumahnya. Aku Cuma bias geleng-geleng kepala. Emang sih, sebelumnya aku uda pernah liat langsung kejadian serupa di daerah kos-kosan daerah karangmenjangan. Jadi ceritanya sekitar setengah 7 pagi hari minggu, aku ngeliat ada ibu-ibu kira-kira umurnya 30-an gitu, pake baju merah, rambut sebahui, agak pendek (seenggaknya aku lebih tinggi dari dia, hehehehe,,), dia nyebarin banyak selebaran ukuran A5 yang berisi foto-foto caleg gitu deh beserta janji-janji tentunya. Entah, aku lupa dari partai apa. Dia taruh selebaran itu di setiap rumah yang dilewatinya (dia jalan kaki keliling gang-gang di daerah itu). Bila ada pagar, dia selipkan di celah-celahnya, bila gag ada pagar langsung dia lempar gitu aja de di teras orang. Diliat-liat dari penampilan sih kok kayaknya gag ada potongan aktivis partai ya (bukan maksud malecekan, maaf). Tapi emang bener loh, aku gag percaya banget kalo ibu itu adalah pengurus partai. Gayanya malah lebih mirip tukang tagih kredit (dia bawa tas yang dislempangin di bahunya). Aku lebih percaya bahwa ibu berbaju merah itu hanyalah orang suruhan, kalo diibaratkan caleg itu produk (maaf), ya ibu itulah salesnya. Yah sejenis sales gitu de.
Miris sekali rasanya bila caleg-caleg pembawa aspirasi warga dianalogikan dengan sebuah sebuah produk yang dijajakan dengan cara tidak berkelas seperti itu. Hal ini semakin menambah ketidakrespekkan ku terhadap partai-partai yang ada sekarang. Kenapa harusdengan cara seperti itu? Apa ada jaminan bahwa stiker dan selebaran itu akan diapresiasi oleh para pemilik rumah? Apa ada jaminan kalo barang-barang itu tidak hanya akan masuk bak sampah? Apa ada jaminan bahwa barang-barang yang seenaknya dilempar ke teras itu tidak akan terbang terbawa angin kemudian terinjak-injak, lecek, trus sobek de. Huh, capek de!! apakah tidak ada cara marketing yang lebih baik? Yang lebih intelek sebagai calon wakil rakyat?
Bagaimana cara kita, sebagai masyarakat yang punya hak pilih untuk menilai kompetensi mereka?aku rasa banyak cara yang lebih baik untuk pembuktian ini. Contohnya saja dengan acara adu argumen yang digelar oleh salah satu tv swasta. Menurutku cara ini lebih efektif dan tepat sasaran melebihi cara apapun (bahkan kalo dibandingkan dengan cara juru kampanye partai saat meneriakkan nama partainya di panggung, di depan massanya). Debate ini efektif karena dengan cara ini kita paling tidak bisa sedikit mengetahui bagaimana jalan berpikir para caleg atau bahkan capres cawapres kita. Terutama tentang potensi kejujuran mereka tentunya. Rakyat Indonesia udah bosan banget hidup dengan memberi makan si parasit, para koruptor yang terhormat! Aku ngerasa agak bingung juga mau nyontreng partai apa, caleg mana?!!! bayangin aja, ada 44 partai, trus kalo setiap partai ada 10 caleg, berarti aku harus milih dari 500 orang dong? Yang bahkan aku hampir sama skali gag kenal, gag tau gimana mereka, idealis mereka. Trus, apa ada saran untuk mencontreng? Apa kita hanya skedar contreng seenak tangan kita mencontreng. Atau dengan menghitung kancing? Huh,, super bingung. Trus gimana dengan golput? MUI sudah mengeluarkan fatwa kalo golput itu haram. Ada juga yang beranggapan, golput adalah sebuah kesaksian, jadi setiap harus menggunakan suaranya agar tidak terpilih pemimpin yang buruk. Paling tidak, kita harus memilih yang terbaik dari yang terburuk, bila memang begitu keadaannya.
Dengan diadakannya pemilu 2009 ini, semoga negara kita tercinta akan dapat menjadi lebih baik, dan tidak lupa mari kita senantiasa memanjatkan doa agar kita dapatkan pemimpin yang baik dari segala ha (mungkin memang tiada manusia yang sempurna, tapi paling yang mendekati sempurna lah,hehehehe..amin).
No comments:
Post a Comment