Humph, udah lama banget gag nulis nih. Sabtu kemarin aku mengikuti pelatihan bisnis plan yang diselenggarakan oleh teman2 penerima beasiswa sampoerna foundation. Acaranya seru sekali menurut saya. Pembicaranya keren-keren dan bikin iri. Gimana gag iri, mereka adalah pengusaha2 muda yang uda sukses banget, punya perusahaan sendiri, gag perlu menadah duit dari ortu lagi.
Saat itu ada 3 orang pengusaha yang duduk di mimbar depan ruang sidang teknik sipil ITS itu untuk berbagi pengalamannya bersama kami. Ruangan itu sudah full dengan peserta pelatihan. Tampaknya panitia dengan baik sekali dalam menyiapkan dan mengestimasi semuanya. Mereka semua rata2 seumuran aku, mahasiswa semester 5. Dan bedanya dengan aku, mereka udah mandiri, berpenghasilan sendiri, berpuluh juta bahkan (ngiri banget).
Yang pertama ada mas Roni, begitulah pemiliki usaha produksi pin ini biasa dipanggil. Kalau tidak salah beliau ini masih terdaftar di undergraduate jurusan manajemen UNAIR (maaf kalau salah). Tidak begitu banyak yang bisa disampaikan karena terbatasnya waktu sementara masih ada 2 orang lagi yang menunggu giliran bicara. Padahal aku sudah ngerasa excited banget mendengar dan melihat beliau (meski dihiasi jerawat sih, tapi tetep manis kok,hahaha). Poin penting yang ditekankan adalah ‘action’. Action artinya adalah benar2 merealisasikan ide bisnis yang kita punyai. Jangan hanya disimpan di otak aja. Kalo cuma disimpan kita gag punya pilihan apa2 dan tidak menghasilkan apa2. Sementara apabila ide itu berani kita eksekusi, maka sekarang kita punya 2 pilihan.
Sukses, atau gagal. Bila kita sukses, wah layak sudah kita disebut entepreneur muda. Bila memang gagal, berarti memang belum saatnya kita sukses. Tidak usah kecewa, dan coba lagi untuk membangun usaha. Bila kita mandeg, sia2 dong apa yang telah kita usahakan selama ini. Apalagi kalau sudah terlanjur beli barang modal atau production machine yang pastinya mahal sekali untuk ukuran mahasiswa seperti kita, terutama anak kos seperti saya. bila bangkit lagi paling tidak masih ada kesempatan sukses dong. Bila belum berhasil lagi, berarti mingkin itu bukan yang cocok untuk kita jalankan. Masih ingat dong ada orang bilang ‘ rejeki gag akan kemana’. Bila memang belum saatnya rejeki sampai kepada kita, maka tidak bisa dipaksain juga kan. Yang penting jangan takut untuk mencoba, jangan takut untuk memulainya. Gagal tidak apa, itu adalah bagian dari belajar, belajar untuk sukses, seprti mengumpulkan pecahan puzzle kesuksesan untuk nantinya kita susun menjadi sukse yang sesungguhnya. Selanjutnya adalah masalah modal. Saya ingat betul apa yang disampaikan beliau tentang hal ini karena saya sempat menjadi penanya tentang modal yang dibutuhkan. Beliau bilang kita tidak perlu pusing masalah modal. Modal bisa dicari di mana saja. Pertama memulai usaha oin ini beliau juga tidak bingung memikirkan untuk modal. Tapi dengan tekat bulat beliau membangun usaha pin ini. Awal berdiri beliau bekerja sama dengan 2 orang temannya namun sekarang beliau menjadi single owner karena ada sedikit perbedaan prinsip dengan 2 orang temannya. Tidak masalah kita menjalankan usaha dengan team work atau single. Itu adalah pilihan masing2 orang. Untuk modal kita bisa meminjam atau mengajak kerja sama orang yang punya modal. Untuk skill yang tidak dikuasai, seperti mendesain, kita bisa kerjasama juga atau menyewa orang yang ahli. Tidak sulit untuk memulai asal kita menjalankan tidak setengah2. Tidak usah takut, itu yang terpenting. Ada seorang penanya yang menanyakan IPK pembicara2 di sana. Bagi beliau IPK bukanlah syarat mutlak untuk menjadi sukses. IPk yang dipunyainya sementara ini adalah 2.90. tidak begitu bagus untuk rata2 IPK mahasiswa saat ini. Yah, memang banyak sekali cumlaude hari ini. Saya jadi malu sendiri, padahal tidak begitu sibuk tapi tidak bisa raih cumlaude seperti teman2 lain di jurusan saya. kalau kasus mas Roni sih semua orang tentu bisa maklum. Sudah punya usaha sendiri, sukses pula, jadi tidak usah pusing memikirkan IPK lagi. Banyak orang tua berpikiran kolot bahwa IPK itulah yang terpenting untuk mahasiswa. Termasuk ibu saya. tidak terhitung berapa kali beliau menasihati saya untuk meningkatkan IP dan lebih konsentrasi kuliah. Padahl saya sudah mencoba menjelaskan bahwa IP bukanlah segalanya. Mungkin IP sangat penting untuk sebagian hal dan menjadi sangat tidak penting untuk hal yang lain. Langkah bijaknya adalah berusaha menjaga IP agar tidak jatuh meski seberapa sibuknya kita. Untuk kasus mahasiswa seperti mas roni, sepertinya IP menjadi hal yang tidak penting. IP, indikator tertulis kesuksesan belajar (kesuksesan nyontek pas ujian juga mungkin ya), kebanyakan dan pastinya digunakan untuk melamar pekerjaan di perusahaan orang lain. Sementara dengan menjadi entepreneur kitalah yang menjadi owner perusahaan, menjadi bos, sudah pasti bos tidak disaring dengan IP dong. Untuk menjadi sukses tidak terjadi begitu saja. Banyak cerita di balik pengusaha sukses. Misalnya saja mas Roni, sejak SMA sudah biasa menjadi pengusaha meski kelas kecil2an. Dari jual koran di pingggiran pasar hingga jualan obat yang lumayan menghasilkan. Begitulah sepintas cerita dari pengusaha muda sukses seperti mas Roni. Pandangan saya lebih terbuka sekarang. Awalnya saya pikir pengusaha muda sukses itu hanya mas Elang (mahasiswa IPB yang punya bisnis properti) atau mas hendi (owner kebab turki Baba Rafi yang pernah jadi mahasiswa informatika ITS) atau mas (saya lupa namanya) yang punya bisnis mug unik di daerah jawa tengah sana. Untuk lebih lengkap tentang usaha pin mas Roni bisa visit di homepage rajapin.com (Wih, malah ikut mbantu promosi nih aku)
Speaker yang selanjutnya masih ada 2 pengusaha muda lagi. Dan seorang profesional lagi, founder kombis, sebuah komunitas mahasiswa yang ingin membuka bisnis. Untuk lengkapnya saya lanjutkan di bagian 2 karena saya sekarang mau ngerjain tugas dulu *biar IPK nya bagus, hehe
waaahh... sy yg dibahas panjang lebar nih. heheheh
ReplyDeleteHmm.. salut untuk mas Roni, untuk penulis tulisannya sangat memikat
ReplyDelete@roni :hehe.. tak bantu promosi
ReplyDelete@nurse : wah makasih makasih