Selamat pagi semua. Sebenarnya saya sedang di kantor sih,
hanya lagi agak senggang jadi sempat corat-coret dikit *jangan ditiru ya*.
Well ini cerita tentang si racun serangga yang impactnya waw
banget di kulit wajah saya. Ceritanya ini dimulai pada weekend 2 minggu lalu. Hari
sabtu malam, keadaan masih baik-baik saja. Saya asik gunting-gunting,
jahit-jahit, nonton TV. Karena sudah tidur siang dan keasikan crafting, saya
tidur kemaleman, eh kepagian tepatnya, jam 2 dini hari. Wajah saya masih ok
saat berangkat tidur. Tidak lupa cuci kaki cuci muka gosok gigi, wudu, minum
propolis, apply lipbalm di bibir supaya tidak kering, dan yang terakhir adalah
apply minyak zaitun di seluruh kulit wajah kecuali hidung *hidung saya sudah
berminyak sekali penuh komedo*. Nah, siap bobo cantik deh.
Namun sepertinya bobo cantiknya tidak kesampain weekend ini.
Di hari minggu paginya, saya mendapati tiba-tiba seluruh kulit wajah saya
terasa ngilu, kaku, dan gatal. Bahkan ujung bawah daun telinga saya juga perih.
Saat berkaca betapa kagetnya saya. Waaaw, wajah saya, hampir seluruhnya,
berwarna merah-merah, seperti habis kerokan lhoh, dan kering. Terasa kaku dan
bengkak. Saya berusaha keras untuk tidak menggaruk. Sementara itu saya hanya
mengira bahwa saya digigit rombongan nyamuk semalaman *meskipun tidak seperti
bengkak karena bentol digigit nyamuk*.
Saya masih tetap cool hari Minggu ini. Masih beraktivitas
seperti biasa. Mencuci, membeli makan, dan menjahit. Ketika menjelang malam,
kulit wajah terasa semakin kaku dan gatal. Luar biasa rasanya. Dan yang paling
mengejutkan, di ujung hidung muncul bintik-bintik putih mirip jerawat tapi
banyak. Rombongan ini. Tapi ini tidak perih seperti jerawat. Beda deh pokoknya.
Lebih kecil daripada jerawat juga. Saya makin kuatir. Hipotesa bahwa ini hasil
gigitan nyamuk mulai luntur. Digigit nyamuk juga tidak sebegininya. Wajah saya
masih terasa kaku dan terlihat makin bengkak. Saya sudah tidak tahan dan
penasaran ingin segera ke dokter kulit. Namun apa mau di kata, tidak ada dokter
kulit yang praktek di hari Minggu *setau saya setelah browsing sana sini*.
Keesokan harinya, Senin pagi, saya langsung berkaca ketika
bangun tidur. Dan waaaw, saya sendiri merasa kaget dan seperti mau menangis
rasanya. Saya ingat-ingat lagi ketika hari Sabtu kemarin apakah saya salah
makan atau bagaimana. Apa gara-gara saya mandi kesorean ya. Berbagai
kemungkinan melintas di pikiran saya. Kemudian saya teringat dengan cami.
Seingat saya, dulu cami juga pernah mengalami hal serupa. Bentuk bintik putih
yang seperti lepuhan ini terlihat sama. Namun tidak sebanyak yang ada di wajah
saya. Diagnosanya adalah racun serangga pada saat itu. Padahal saya sudah mengira
macam-macam, berdasarkan googling-googling menerka-nerka dari internet. Therefore,
saya kapok dan tidak akan asal tebak lagi kalau soal beginian. Cured soon is
better, daripada asal oles atau minum obat ini itu yang tidak jelas
keakuratannya. Saya ingin segera berangkat ke kantor dan ijin ke dokter kulit.
Hurry.
Begitu sampai di kantor, belum ada yang mengenali perubahan
di wajah saya *karena saya pakai masker*. Cuma ini bintik-bintik putih di
hidung makin merambat ke atas hingga hampir dahi, jadi tidak tertutup masker. Tampak
seperti lepuhan-lepuhan. Orang-orang awam di kantor mengira ini semacam herpes.
Nampaknya mereka sangat familiar dengan
penyakit kulit herpes sehingga hampir semuanya mengatakan hal yang sama.
Beberapa dari mereka merekomendasikan obat atau salep mereka, untuk mengobat
herpes.
Well, so sorry, thanks for all attention, tapi seperti yang
sudah saya bilang tadi, saya tidak akan berbuat apa-apa yang tidak jelas tanpa
diagnose dokter spesialis kulit. Bahkan saya tidak ke dokter klinik di pabrik,
karena dia bukan spesialis, hanya dokter umum, dan beberapa waktu lalu saat
saya memeriksanakan kulit saya yang terkena cairan tomcat, dia malah memberikan
saya salep anti bakteri. Dan akhirnya butuh waktu seminggu untuk kering.
Padahal saat di Surabaya dulu, Cuma butuh 3 hari maksimal untuk kulit yang
terkena tomcat, dengan salep yang tepat tentunya.
Saya juga tidak yakin kalau kulit wajah terkena herpes. Dari
hasi googling, semua cir- dan gejala tidak ada yang cocok. Ini kulit wajah saya
sebelumnya baik-baik saja lhoh. Tidak ada gatal, merah, atau apa pun. Dan
tiba-tiba dalam beberapa jam langsung memerah dan kaku bengkak. Ini semua tidak
terjadi di penderita herpes.
Sesampainya di rumah sakit B*lla Bekasi Timur, saya
mengambil antrian untuk dokter kulit. Yang bikin sebel dokternya lama banget,
telat sejam. Padahal saya sudah menunggu sejam sebelum jam praktek dokternya
mulai. So total waktu tunggu saya adalah lebih dari 2 jam. Saat pasien-pasien
yang antri lainnya sudah mulai mengamuk dan mengomeli para perawat, akhirnya
dokter kulitnya datang. Alhamdulillah. Saya dengan tidak sabar menunggu nomor
antrian saya dipanggil. Meskipun sudah datang awal, tetap saja masih dapat
antrian nomor 4.
Dokternya cewek, cantik. Ibu dokternya kaget saat melihat
saya.
“Mbak habis tidur di mana itu?”
“Tidur di kasur lah Bu”.
Krik krik.. dia kira saya tarsan apa ya yang tidur di hutan.
Bu dokter menyuruh saya pindah ke tempat pemeriksaan, yang
lebih terang untuk melihat seluruh wajah saya. Kemudia dengan mantap dia bilang
bahwa kulit saya adalah korban racun serangga.
Hmm as expected. Bu dokter tidak bisa menyebutkan racun
serangga jenis apa ini yang jahat banget meninggalkan jejak di wajah saya.
Kemungkinan saat saya tidur serangganya beraksi. Dari penjelasan dokter, semua
ciri-ciri, penampakan, dan gejala yang saya alami memang adalah ulah racun
serangga. Perlu diingat, meskipun ada lepuhan bintik-bintik putih kecil-kecil
itu, tapi racun serangga ini tidak menular ya. Jadi tidak akan menyebar ke
bagian kulit yang lain, hanya di kulit yang terkena serangganya. Pun termasuk
tidak akan menular ke orang lain yang kontak fisik dengan kita. So, tidak perlu
paranoid. Soal ini saya sebenarnya sudah mengetahui karena sebelumnya cami juga
pernah dijelaskan seperti oleh dokter kulitnya.
So, yang harus saya lakukan adalah bersih-bersih kamar lagi,
ganti sprei, sarung bantal guling, in case kalau ada racun serangga di situ,
supaya tidak terkena bagian kulit saya yang lain. Yup, benar, sisa racun
serangga yang ada di tempat tidurlah yang mungkin bisa menginfeksi bagian kulit
yang lain. So keep it clean ya.
Setelah dari dokter, saya ke apotik RS B*lla untuk menebus
resep. Kebetulan obatnya racikan, jadi agak lama katanya. Cuman ini ko lamanya
rada tidak sopan ya. Saya sudah menunggu selama 2 jam namun tidak ada
tanda-tanda antrian saya akan dipanggil. Saya lihat antrian yang sesudah saya
ko malah sudah banyak yang pulang duluan. Sepertinya tidak hanya saya seorang
yang mengalami hal yang menjengkelkan ini. Again, banyak customer lain yang
mengamuk. Meneriaki staf apoteknya karena lelet katanya. Saya mulai mendekat ke
meja tempat saya mengambil antrian saya.
“Wah antrian saya ko lama banget ya.” Gumam saya.
“Nomor berapa emang mbak?” Tanya Ibu di sebelah saya yang
mendengar gumaman saya.
“Nomor segini Bu.”
“Oh sepertinya tadi saya liat itu nomornya Mbak, aduuh
dimana yaaa…”. Ibu itu jelalatan melihat-lihat berkas di meja admin apotek.
“Naaahh itu mbak. Yaelah masih di admin itu berarti belum
diproses Mbak, belum dientry data asuransi nya, berarti obatnya juga belum
disiapkan.”
Grrrrrr…. Saya merasa sangat.. you know lah ya. Bagaimana
rasanya menunggu lebih dari 2 jam for nothing. Kemudian si Ibu yang juga sedang
menunggu itu juga menemukan berkasnya di dekat kartu asuransi saya. Waaah ibu
yang frontal ini langsung berteriak mengamuk. Rupanya dia sudah menunggu
setengah jam lebih lama daripada saya. Dan berkasnya juga belum sama sekali
masuk antrian ternyata. Masih belum diinput sama sekali oleh adminnya. Hufffttt..
luar biasanya memang. Sebel jengkel maksimal. Si admin menjawab bahwa terlalu
banyak kartu yang harus diinput, jadi agak lama.
Whaattt? Anything lah ya, cuman ini kok 2 jam menginput kok
masih tidak bisa. Mending ganti orang saja yang ngetiknya lebih cepet kan! Luar
biasa apotek RS ini servicenya tiarap. Memang harganya jauh lebih murah
daripada tetangganya, RS M*tra, tapi pelayanan juga jauh lebih murahan. Seperti
orang Jawa bilang, ono rego ono rupo, ya begini deh. Kalau di M*tra tidak ada
sejam lhoh antriannya kata teman-teman kantor yang sudah fanatik ke sana. No
wonder deh kalau kompetitornya modelnya macam B*lla ini. Tentu orang trauma
untuk menggunakan servicenya lagi.
So, setelah Ibu itu berteriak mengkomplen pelayanan admin,
berkas kami langsung diinput. Dalam hati saya bersyukur ada Ibu yang frontal
ini. Jadi saya tidak perlu andil ngomel juga. Namun dalam hati saya kagum
dengan staf RS B*lla ini. Sepertinya mereka sudah sangat terlatih menghadapi
customer yang mengamuk. Serius lhoh, mereka semua tetap senyum dan menjawab
dengan sabar meskipun customernya berteriak memaki-maki. Entah ini tanda bahwa stafnya
sangat terlatih, sabar, atau memang sudah terlalu sering mengecewakan customer
sehingga biasa menghadapi keadaan panas
macam ini *kebiasaan yang tidak baik*.
So setelah hampir 3 jam akhirnya obatnya saya terima. Dari
waktu peninputan hingga antrian dipanggil, butuh waktu sekitar setengah jam.
Kebayang kan bagaimana kesalnya? Kalau saja berkas kartu asuransi saya langsung
diinput, maka saya hanya perlu less than 1 hour untuk menunggu. Sangat
mengecewakan sekali kalau mereka menomorduakan customer dengan kartu asuransi
karena hanya malas mengetik, menginput ke sistem. Sehingga yang cash/tunai
seolah jadi prioritas.
Saya menerima salep racikan, antibiotic, obat gatal, vit E. Setelah
minum obat dan oles-oles salep, wajah saya langsung terasa lebih baik. Tidak
kaku lagi, tidak gatal, merahnya memudar, dan bengkaknya menghilang. Salepnya
sangat bersifat kering. Tapi ampuh sekali mengeringkan bintik lepuh di hidung
saya. Maksimal oles 4 kali sehari ya. Setiap detik saya merasakan bahwa hidung
saya selalu ber progress. Bintik nya semakin kempes dan kering. Kurang dari 3
hari akhirnya bintik putihnya kering semua. Sekarang tinggal menghilangkan
bekasnya saja.
Antibiotic wajib dihabiskan, sedangkan obat gatal hanya saya
minum di hari pertama karena saya merasa bahwa gatalnya sudah reda dan saya
tidak merasa terganggu lagi. Salep masih saya oles hingga hidung kering. Oh
iya, selain gejala di wajah, saya juga menemukan bintik-bintik merah di kaki
dan tangan saya. Bintiknya kecil dan jarang-jarang. Ketika saya tanya ke dokter
online, kemungkinan adalah pengaruh dari racun serangga atau obat yang sedang
saya konsumsi. Jadi saya tunggu hingga saya berhenti mengkonsumsi obat.
Ternyata benar, begitu obat habis, racun serangganya sembuh, bintiknya juga
menghilang.
So, that’s is my sharing for today guys. Hopefully you get benefit
of it.
See yaa on next posting.
I think your blog is great and if you do not mind the need to do an update on your blog and it will be great for your blog
ReplyDeletedomino qiu qiu