Thursday, January 29, 2015

Cerita Sharing mengenai supply chain bersama PQM di Hotel Aryaduta Jakarta Pusat



Selamat malam.

Saya ingin bercerita sedikit tentang pengalaman training pertama saya di tempat saya bekerja. Ini pengalaman pertama training saya setelah setahun bekerja di sini.
Kemarin saya mendapat kesempatan untuk mengikuti sharing session bertajuk “Achieving Excellence in Supply Chain” yang diadakan oleh PQM Consultant. Lokasi training ada di hotel Aryaduta, Tugu Tani. Jujur ini adalah pertama kalinya saya mendengar nama hotel ini. Langsung cus browsing di google map hingga saya menemukan bahwa lokasi hotel Aryaduta dapat saya capai dengan menggunakan APTB-Transjakarta berhenti di halte Kwitang, kemudian berjalan kaki sejauh 300 an meter menuju hotel Aryaduta. Opsi  lain yang dapat dicoba adalah dengan menggunakan Commuter line. Nah cara inilah yang saya pilih mengingat macet tidaknya jalanan darat tidak dapat diterka. 
 So, dengan berbekal informasi dari google map, saya mengetahui bahwa stasiun terdekat dari Hotel Aryaduta adalah stasiun Gondangdia. Dari stasiun Gondangdia, saya perlu berjalan kaki sejauh kurang lebih 1.3 km menuju hotel, atau kurang lebih 15 menit menurut google map.

Pagi itu saya meniatkan hati untuk bangun lebih awal, mandi lebih awal, berangkat lebih awal, yaitu jam setengah 6 dari kos karena jadwal sharing forum dimulai jam 8. Namun apa yang terjadi? Yes, saya bangun kesiangan. Satu jam lebih siang daripada rencana awal. Saya segera mandi, sedikit dandan dan langsung berangkat. Saya mengenakan kemeja batik kantor yang colorful dan bawahan jeans. Jadi kesannya casual semi formal.
Beruntung jalanan di Bekasi Timur sedang bersahabat. Saya mencapai stasiun bekasi dari Bulak Kapal hanya dengan 15 menit saja menggunakan angkutan umum. Sesampainya di stasiun, sudah ada kereta yang akan berangkat. Bisa ditebak, saya tidak mendapatkan kursi. Well, apa mau dikata, saya terburu waktu. Kereta berangkat hampir jam 7 pagi dari stasiun Bekasi dan sampai di stasiun Gondangdia jam setengah 8 tepat. Pada saat itu saya masih menimbang-nimbang akan berjalan kaki atau menggunakan ojek. Namun ketika keluar dari gerbang exit stasiun, saya merasa kehilangan arah dan bingung harus start navigasi google map dari mana. Ke kanan atau ke arah kiri karena stasiun Gondangdia mempunyai dua pintu. Saya putuskan bertanya kepada seorang penyedia jasa ojek mengenai tarif menuju hotel Aryaduta. 

“Rp 20.000 aja neng”, ujarnya.
“Rp 10.000 bang”, saya menjawab (asal tebak saja”.
Bapak ojek pertama menolak tawaran saya. Ok, lanjut saya berjalan ke arah kiri (hanya feeling).

Banyak sekali penyedia ojek di sana. Dengan muka bingung seperti saya, mereka sepertinya semakin bersemangat menawarkan jasa ojek mereka.
“Ojek neng ojek neng,” mereka menawarkan jasa bersahut-sahutan.
Berhenti di pertigaan jalan, saya menjawab tawaran seorang bapak tukang ojek.
“Rp 10.000 ya bang ke hotel Aryaduta”,
“Wah Rp 15.000 neng, jalannya muter agak jauh.”

Saya sok jual mahal dan hendak meneruskan jalan kaki sambil mengira-ngira ke mana saya harus berjalan. Celingak celinguk melihat plang-plang nama jalan untuk mencocokkannya dengan informasi di google map.

“Tambah Rp 2000 aja neng”, ternyata Bapak Ojek kedua ini mau menurunkan harganya.

Tanpa tawar lagi saya mengiyakan dan akhirnya saya menyerah untuk meniatkan diri jalan kaki menuju lokasi training.

Sambil duduk di boncengan Bapak Ojek, saya menyimak jalan-jalan yang dilalui. Ternyaa jalan yang saya ambil sudah benar. Keluar dari gerbang exit stasiun Gondangdia, langsung keluar ambil pintu kiri. Jalan sedikit hingga bertemu pertigaan. Menyeberang jalan dan belok ke kanan. Jalan sedikit saja sudah ketemu jalan besar. Belok kanan, jalan sepanjang trotoar kemudian menyeberang jalan lagi setelah bertemu perempatan dengan rambu-rambu lalu lintas. Terlihat halte busway Tugu Tani di sana. Setelah menyeberang, jalan lurus sebetar, sampa deh di hotel Aryaduta. Ternyata memang dekat dan achieveable untuk dijangkau dengan jalan kaki.

Daerah ini adalah daerah perkantoran. Sebenarnya cukup banyak lhoh orang-orang yang berjalan kaki di sekitar rute ini. Bahkan dari stasiun Gondangdia juga. Hanya saja saat itu saya tidak sadar kalau orang-orang itu sebenarnya searah dengan saya.

Hotel Aryaduta Tugu Tani Jakarta Pusat
Suasana depan lobi Hotel Aryaduta Jakarta Pusat
Oh ini toh hotelnya. Dari luar hotel Aryaduta terlihat biasa-biasa saja. Arsitektur luarnya tidak menimbulkan kesan wow. Well, saya melangkah masuk ke dalam hotel. Saya akan menuju lantai dua hotel lokasi training. Saya bertanya pada petugas mengenai lokasi lift. Saya masuk dalam lift dan di dalamnya sudah ada beberapa turis asing. Mereka sibuk membicarakan mengapa lift tidak bergerak. Mereka menempelkan sebuah kartu (sepertinya kartu untuk mengunci kamar) di dekat tombol pengatur lantai lift. Padahal lift tidak jalan karena belum dipencet nomor lantainya *Pleasee*. Karena saya sibuk menguping pembicaraan mereka yang sedang nggosipin saya karena tidak membawa kartu (dengan berbahasa Inggris) saya jadi tidak konsen kalau lift nya sudah naik ke lantai 7. Alamaak.. Saya bergegas keluar dan berharap ada tangga. What? Tangga? Saya berpikir lagi, tidak mungkin saya harus menggunakan tangga dari lantai 7 ke lantai 5 *tepok jidat*. Saya mendadak merasa menyesal sekali kenapa tidak bertanya ke petugas langsung tadi mengenai ruangan training PQM. Songong pangkal tersesat!

Lantai 7 hanya berisi kamar tamu hotel. Hmmm dari luar kamar sih tampaknya hotelnya rapi, sama seperti hotel-hotel yang pernah saya datangi. Ok, saya memutuskan menggunakan lift lagi untuk turun ke lantai 2. Untung saja tidak ada tamu lain di dalam lift. Sambil harap-harap cemas saya berdoa supaya saya dapat menggunakan lift tanpa kartu. Saya mencari-cari angka 2 tapi tidak ada. Saya asal pencet tombol M tepat di bawah angka 3. Hingga sekarang saya tidak mengerti kenapa lantai 2 disebut M. Kalau memang lantai M kenapa undangannya disebutkan lantai 2, bukan lantai M. Ya kan?

Yes, lift mau jalan meskipun tanpa kartu. Alhamdulillah. Saya gugup sekali karena khawatir akan terlambat. Saat lift berhenti di lantai M, saya langsung keluar dan melihat-lihat. Sepertinya memang banyak ruangan-ruangan meeting, bukan kamar tamu hotel. terlihat keramaian di ujung lantai M dan saya berjalan dengan percaya diri ke sana. Exactly, inilah lokasinya. Sudah banyak yang datang dan telah tersedia kopi dan snack. Alhamdulillah, saya tidak sempat membeli sarapan tadi karena bangun terlambat. Ternyata sharing session ini dimulai jam setengah 9. Jam 8 itu adalah waktu mulai registrasi. Alamaak.

OKelah saya enak-enakkan minum the dan makan snack. Celingak celinguk saya melihat orang-orang yang hadir. Serba berjas dan rapiiii. Sepertinya saya salah kostum ini. Haduuuu

Hampir semuanya rata-rata sudah berumur setengah baya. Hanya beberapa orang saja yang seumuran dengan saya. Mungkin hanya 5 dari 36 orang peserta. Amanah pak bos terngiang-ngiang di pikiran saya. Create network ya. Cari informasi tentang logistik sebanyak mungkin. Khususnya yang sesuai dengnan bisnis kita. Oke Pak!

Saya berusaha bermuka tembok tebar senyum sana sini. Setelah perut agak kenyang, saya berusaha menyapa orang-orang di sekitar tempat duduk saya. Saya mengambil kursi paling depan. Dengan harapan ilmunya bisa langsung cepat saya serap. Hehehe *tepatnya supaya tidak ngantuk karena sungkan*.

Yes, saya berhasil menyapa beberapa orang dan ternyata tidak ada peserta dari perusahaan kompetitor dan hanya satu orang peserta yang mewakili perusahaan logistik. Sebut saja Bapak A. Tak apalah sedikit pun boleh daripada tidak ada inputan informasi sama sekali. Setelah basa basi sana sini saya berhasil mendapatkan informasi mengenai tarif angkutan yang diterapkan perusahaan Bapak A ini. Bapak A saat ini sedang menjalin kerjasama untuk mengangkut salah satu brand FMCG terbesar di Indonesia. Menurut keterangan Bapak A, mereka belum melakukan adjust ongkos terkait dengan fluktuasi harga solar baru-baru ini yang diramalkan akan selalu bergejolak tiap 2 minggu sekali selama tahun 2015 ini. Perusahaan A hanya menetapkan tarif batas atas dan bawah sebesar 5% dari base price. Jadi selama tidak melebihi 5% atau -5% perubahannya, ongkos angkut tidak akan di-adjust. 

Well, setidaknya sepertinya perhitungan saya lumayan agak keren ya *grin*. Saya sudah membuat tabel range yang mengcover perubahan harga dari 5% hingga 15%, baik plus maupun minus dari base price. 

Trainingnya berlangsung sangat menyenangkan. Tidak terasa tiba-tiba sudah isoma. Materi training menarik, presenter menguasai materi, dan yang paling penting, makanannya enaaak! Hahaha *tertawa lepas*. Saya mencoba untuk bertanya di setiap sesi, mencocokkan dengan current case di tempat saya bekerja. Strategi ini sangat ampuh lhoh mencegah mengantuk dan hilang konsentrasi. Apalagi saya duduk di bangku paling depan. Sering eye contact dengan presenter. Malu kalau nguap-nguap mulu. 

Beberapa poin menarik yang saya catat dari sesi sharing ini antara lain:

1.       Stok adalah waste tetapi tidak semua stok adalah evil

2.       Pekerjaan seorang procurement sangat strategis untuk bisnis perusahaan, jadi bukan hanya tukang beli-beli

3.       Keputusan pembelian tidak hanya berdasarkan harga murah, melainkan perlu dihitung pula TCO nya (Total cost ownership). Atau kalau dalam istilah jawa namanya “ono rego ono rupo”. Jadi dalam memilih produk tidak hanya berdasarkan harganya yang miring, tetapi juga perlu diperhatikan impact setelah pembelian

4.       Silo antar bagian menjadi penghalang utama dalam meraih supply chain yang baik karena masing-masing bagian sama sekali tidak mempertimbangkan bagian yang lain saat mengambil keputusan


Training bertema sharing pengalaman di bidang supply chain ini berakhir jam 5 sore. Sangat disayangkan tidak ada foto bersama. Setelah mengambil sertifikat, saya langsung cus ke musholla untuk sholat ashar. Setelah sholat ashar saya duduk cantik di lobi menunggu cami *lope lope* menjemput sambil main game terbaru yang terinstal di tablet, GT Racing 2. NGueeeeennngggg... 


No comments:

Post a Comment