Thursday, October 9, 2014

Begini rasanya kulit kena racun serangga



Selamat pagi semua. Sebenarnya saya sedang di kantor sih, hanya lagi agak senggang jadi sempat corat-coret dikit *jangan ditiru ya*.
Well ini cerita tentang si racun serangga yang impactnya waw banget di kulit wajah saya. Ceritanya ini dimulai pada weekend 2 minggu lalu. Hari sabtu malam, keadaan masih baik-baik saja. Saya asik gunting-gunting, jahit-jahit, nonton TV. Karena sudah tidur siang dan keasikan crafting, saya tidur kemaleman, eh kepagian tepatnya, jam 2 dini hari. Wajah saya masih ok saat berangkat tidur. Tidak lupa cuci kaki cuci muka gosok gigi, wudu, minum propolis, apply lipbalm di bibir supaya tidak kering, dan yang terakhir adalah apply minyak zaitun di seluruh kulit wajah kecuali hidung *hidung saya sudah berminyak sekali penuh komedo*. Nah, siap bobo cantik deh.

Namun sepertinya bobo cantiknya tidak kesampain weekend ini. Di hari minggu paginya, saya mendapati tiba-tiba seluruh kulit wajah saya terasa ngilu, kaku, dan gatal. Bahkan ujung bawah daun telinga saya juga perih. Saat berkaca betapa kagetnya saya. Waaaw, wajah saya, hampir seluruhnya, berwarna merah-merah, seperti habis kerokan lhoh, dan kering. Terasa kaku dan bengkak. Saya berusaha keras untuk tidak menggaruk. Sementara itu saya hanya mengira bahwa saya digigit rombongan nyamuk semalaman *meskipun tidak seperti bengkak karena bentol digigit nyamuk*.

Saya masih tetap cool hari Minggu ini. Masih beraktivitas seperti biasa. Mencuci, membeli makan, dan menjahit. Ketika menjelang malam, kulit wajah terasa semakin kaku dan gatal. Luar biasa rasanya. Dan yang paling mengejutkan, di ujung hidung muncul bintik-bintik putih mirip jerawat tapi banyak. Rombongan ini. Tapi ini tidak perih seperti jerawat. Beda deh pokoknya. Lebih kecil daripada jerawat juga. Saya makin kuatir. Hipotesa bahwa ini hasil gigitan nyamuk mulai luntur. Digigit nyamuk juga tidak sebegininya. Wajah saya masih terasa kaku dan terlihat makin bengkak. Saya sudah tidak tahan dan penasaran ingin segera ke dokter kulit. Namun apa mau di kata, tidak ada dokter kulit yang praktek di hari Minggu *setau saya setelah browsing sana sini*.

Keesokan harinya, Senin pagi, saya langsung berkaca ketika bangun tidur. Dan waaaw, saya sendiri merasa kaget dan seperti mau menangis rasanya. Saya ingat-ingat lagi ketika hari Sabtu kemarin apakah saya salah makan atau bagaimana. Apa gara-gara saya mandi kesorean ya. Berbagai kemungkinan melintas di pikiran saya. Kemudian saya teringat dengan cami. Seingat saya, dulu cami juga pernah mengalami hal serupa. Bentuk bintik putih yang seperti lepuhan ini terlihat sama. Namun tidak sebanyak yang ada di wajah saya. Diagnosanya adalah racun serangga pada saat itu. Padahal saya sudah mengira macam-macam, berdasarkan googling-googling menerka-nerka dari internet. Therefore, saya kapok dan tidak akan asal tebak lagi kalau soal beginian. Cured soon is better, daripada asal oles atau minum obat ini itu yang tidak jelas keakuratannya. Saya ingin segera berangkat ke kantor dan ijin ke dokter kulit. Hurry. 

Begitu sampai di kantor, belum ada yang mengenali perubahan di wajah saya *karena saya pakai masker*. Cuma ini bintik-bintik putih di hidung makin merambat ke atas hingga hampir dahi, jadi tidak tertutup masker. Tampak seperti lepuhan-lepuhan. Orang-orang awam di kantor mengira ini semacam herpes. Nampaknya mereka sangat familiar dengan  penyakit kulit herpes sehingga hampir semuanya mengatakan hal yang sama. Beberapa dari mereka merekomendasikan obat atau salep mereka, untuk mengobat herpes.
Well, so sorry, thanks for all attention, tapi seperti yang sudah saya bilang tadi, saya tidak akan berbuat apa-apa yang tidak jelas tanpa diagnose dokter spesialis kulit. Bahkan saya tidak ke dokter klinik di pabrik, karena dia bukan spesialis, hanya dokter umum, dan beberapa waktu lalu saat saya memeriksanakan kulit saya yang terkena cairan tomcat, dia malah memberikan saya salep anti bakteri. Dan akhirnya butuh waktu seminggu untuk kering. Padahal saat di Surabaya dulu, Cuma butuh 3 hari maksimal untuk kulit yang terkena tomcat, dengan salep yang tepat tentunya. 

Saya juga tidak yakin kalau kulit wajah terkena herpes. Dari hasi googling, semua cir- dan gejala tidak ada yang cocok. Ini kulit wajah saya sebelumnya baik-baik saja lhoh. Tidak ada gatal, merah, atau apa pun. Dan tiba-tiba dalam beberapa jam langsung memerah dan kaku bengkak. Ini semua tidak terjadi di penderita herpes.
Sesampainya di rumah sakit B*lla Bekasi Timur, saya mengambil antrian untuk dokter kulit. Yang bikin sebel dokternya lama banget, telat sejam. Padahal saya sudah menunggu sejam sebelum jam praktek dokternya mulai. So total waktu tunggu saya adalah lebih dari 2 jam. Saat pasien-pasien yang antri lainnya sudah mulai mengamuk dan mengomeli para perawat, akhirnya dokter kulitnya datang. Alhamdulillah. Saya dengan tidak sabar menunggu nomor antrian saya dipanggil. Meskipun sudah datang awal, tetap saja masih dapat antrian nomor 4. 

Dokternya cewek, cantik. Ibu dokternya kaget saat melihat saya.
“Mbak habis tidur di mana itu?”
“Tidur di kasur lah Bu”.
Krik krik.. dia kira saya tarsan apa ya yang tidur di hutan.
Bu dokter menyuruh saya pindah ke tempat pemeriksaan, yang lebih terang untuk melihat seluruh wajah saya. Kemudia dengan mantap dia bilang bahwa kulit saya adalah korban racun serangga. 

Hmm as expected. Bu dokter tidak bisa menyebutkan racun serangga jenis apa ini yang jahat banget meninggalkan jejak di wajah saya. Kemungkinan saat saya tidur serangganya beraksi. Dari penjelasan dokter, semua ciri-ciri, penampakan, dan gejala yang saya alami memang adalah ulah racun serangga. Perlu diingat, meskipun ada lepuhan bintik-bintik putih kecil-kecil itu, tapi racun serangga ini tidak menular ya. Jadi tidak akan menyebar ke bagian kulit yang lain, hanya di kulit yang terkena serangganya. Pun termasuk tidak akan menular ke orang lain yang kontak fisik dengan kita. So, tidak perlu paranoid. Soal ini saya sebenarnya sudah mengetahui karena sebelumnya cami juga pernah dijelaskan seperti oleh dokter kulitnya. 

So, yang harus saya lakukan adalah bersih-bersih kamar lagi, ganti sprei, sarung bantal guling, in case kalau ada racun serangga di situ, supaya tidak terkena bagian kulit saya yang lain. Yup, benar, sisa racun serangga yang ada di tempat tidurlah yang mungkin bisa menginfeksi bagian kulit yang lain. So keep it clean ya. 

Setelah dari dokter, saya ke apotik RS B*lla untuk menebus resep. Kebetulan obatnya racikan, jadi agak lama katanya. Cuman ini ko lamanya rada tidak sopan ya. Saya sudah menunggu selama 2 jam namun tidak ada tanda-tanda antrian saya akan dipanggil. Saya lihat antrian yang sesudah saya ko malah sudah banyak yang pulang duluan. Sepertinya tidak hanya saya seorang yang mengalami hal yang menjengkelkan ini. Again, banyak customer lain yang mengamuk. Meneriaki staf apoteknya karena lelet katanya. Saya mulai mendekat ke meja tempat saya mengambil antrian saya. 

“Wah antrian saya ko lama banget ya.”  Gumam saya.
“Nomor berapa emang mbak?” Tanya Ibu di sebelah saya yang mendengar gumaman saya.
“Nomor segini Bu.”
“Oh sepertinya tadi saya liat itu nomornya Mbak, aduuh dimana yaaa…”. Ibu itu jelalatan melihat-lihat berkas di meja admin apotek.
“Naaahh itu mbak. Yaelah masih di admin itu berarti belum diproses Mbak, belum dientry data asuransi nya, berarti obatnya juga belum disiapkan.”

Grrrrrr…. Saya merasa sangat.. you know lah ya. Bagaimana rasanya menunggu lebih dari 2 jam for nothing. Kemudian si Ibu yang juga sedang menunggu itu juga menemukan berkasnya di dekat kartu asuransi saya. Waaah ibu yang frontal ini langsung berteriak mengamuk. Rupanya dia sudah menunggu setengah jam lebih lama daripada saya. Dan berkasnya juga belum sama sekali masuk antrian ternyata. Masih belum diinput sama sekali oleh adminnya. Hufffttt.. luar biasanya memang. Sebel jengkel maksimal. Si admin menjawab bahwa terlalu banyak kartu yang harus diinput, jadi agak lama. 

Whaattt? Anything lah ya, cuman ini kok 2 jam menginput kok masih tidak bisa. Mending ganti orang saja yang ngetiknya lebih cepet kan! Luar biasa apotek RS ini servicenya tiarap. Memang harganya jauh lebih murah daripada tetangganya, RS M*tra, tapi pelayanan juga jauh lebih murahan. Seperti orang Jawa bilang, ono rego ono rupo, ya begini deh. Kalau di M*tra tidak ada sejam lhoh antriannya kata teman-teman kantor yang sudah fanatik ke sana. No wonder deh kalau kompetitornya modelnya macam B*lla ini. Tentu orang trauma untuk menggunakan servicenya lagi.  

So, setelah Ibu itu berteriak mengkomplen pelayanan admin, berkas kami langsung diinput. Dalam hati saya bersyukur ada Ibu yang frontal ini. Jadi saya tidak perlu andil ngomel juga. Namun dalam hati saya kagum dengan staf RS B*lla ini. Sepertinya mereka sudah sangat terlatih menghadapi customer yang mengamuk. Serius lhoh, mereka semua tetap senyum dan menjawab dengan sabar meskipun customernya berteriak memaki-maki. Entah ini tanda bahwa stafnya sangat terlatih, sabar, atau memang sudah terlalu sering mengecewakan customer sehingga  biasa menghadapi keadaan panas macam ini *kebiasaan yang tidak baik*.

So setelah hampir 3 jam akhirnya obatnya saya terima. Dari waktu peninputan hingga antrian dipanggil, butuh waktu sekitar setengah jam. Kebayang kan bagaimana kesalnya? Kalau saja berkas kartu asuransi saya langsung diinput, maka saya hanya perlu less than 1 hour untuk menunggu. Sangat mengecewakan sekali kalau mereka menomorduakan customer dengan kartu asuransi karena hanya malas mengetik, menginput ke sistem. Sehingga yang cash/tunai seolah jadi prioritas. 

Saya menerima salep racikan, antibiotic, obat gatal, vit E. Setelah minum obat dan oles-oles salep, wajah saya langsung terasa lebih baik. Tidak kaku lagi, tidak gatal, merahnya memudar, dan bengkaknya menghilang. Salepnya sangat bersifat kering. Tapi ampuh sekali mengeringkan bintik lepuh di hidung saya. Maksimal oles 4 kali sehari ya. Setiap detik saya merasakan bahwa hidung saya selalu ber progress. Bintik nya semakin kempes dan kering. Kurang dari 3 hari akhirnya bintik putihnya kering semua. Sekarang tinggal menghilangkan bekasnya saja. 

Antibiotic wajib dihabiskan, sedangkan obat gatal hanya saya minum di hari pertama karena saya merasa bahwa gatalnya sudah reda dan saya tidak merasa terganggu lagi. Salep masih saya oles hingga hidung kering. Oh iya, selain gejala di wajah, saya juga menemukan bintik-bintik merah di kaki dan tangan saya. Bintiknya kecil dan jarang-jarang. Ketika saya tanya ke dokter online, kemungkinan adalah pengaruh dari racun serangga atau obat yang sedang saya konsumsi. Jadi saya tunggu hingga saya berhenti mengkonsumsi obat. Ternyata benar, begitu obat habis, racun serangganya sembuh, bintiknya juga menghilang.

So, that’s is my sharing for today guys. Hopefully you get benefit of it.
See yaa on next posting.



1 comment:

  1. I think your blog is great and if you do not mind the need to do an update on your blog and it will be great for your blog
    domino qiu qiu

    ReplyDelete