Thursday, March 20, 2014

Barefoot Dream review – How an impossible dream come really true

Pagi ini saya nggak jadi puasa gara2 gak kebangun suara alarm sahur. Haduuuh sayang banget padahal makanan buat sahurnya sudah available, martabak manis kacang keju susu. Maknyuss lah pokoknya. Sebenernya sih gak kebangun gara2 semalem tidur kemaleman, abis nonton film korea yang judulnya  A Barefoot Dream.
Awalnya sangat nggak excited buat nonton, terlebih pemainnya nggak ada yang saya kenal (emang ada yang pernah kenalan? Hehe). Iseng2 ambil hd external punya mas, nemu film ituh. Lumayan lah sambil nemenin saya ngerajut keranjang tas yang belum kelar2 *lap keringet.

Well, screen awal ternyata cukup memikat hati saya. Karena ternyataaa… shooting film nya di Indonesia booook. Jarang2 kan Indonesia dijadiin shooting film luar negeri. Menit2 pertama si tokoh utama yang bisa dipanggil Mr Kim stay di Medan. Background filmya adalah tahun 2004 meski waktu pembuatannya di tahun 2010 an. Kabarnya ini adalah kisah nyata dari seorang soccer coach asal Korea.

Bertolak dari Medan Mr Kim pergi ke Timor Leste, alias East Timor. Inget kan? Yes, sebuah negeri di daerah timur yang dulunya adalah bagian dari nusantara kita. Di film itu diceritakan Timor Leste sudah merdeka namun masih sering terjadi pergolakan politik. Saya nggak ingin membahas tentang muatan politiknya karena ada hal yang lebih menarik yang disampaikan oleh film ini kepada penontonnya.

Si Mr Kim ceritanya adalah seorang warga negara Korea yang sedang mencari kesempatan bisnis setelah usaha gagal sebelumnya di Korea. Saat melihat beberapa anak bermain sepak bola, dia terinspirasi untuk membuat sport store yang menjual berbagai sport equipment bermerek seperti Nike, Adidas, etc. Setelah hamper 3 bulan buka toko tidak ada tanda2 penjualan membaik. Baru laku sepasang sepatu. Jelas lah, harganya berapa lhoh sepatu begituan, bukan KW lagi. Pesan yang aku dapet dari sini adalah “pelajari market dan culture sebelum membuka usaha ya”. Wajib ituh.

Sepertinya judul "barefood" didasari karena anak-anak di Timor Timur ini bermain sepak bola tanpa bersepatu. Oleh karenanya, si Mr Kim yang melihat peluang kemudian menyewakan sepatu-sepatunya kepada anak-anak Timor Leste yang suka bermain sepak bola. Setiap hari dia meminta uang sewa 1 dollar. Beberapa hari berjalan baik. Mr kim mengantongi uang yang lumayan. Namun di hari berikutnya anak-anak sudah tidak mampu lagi membayar meskipun mereka sangat menginginkan sepatu itu. Seorang pemuda Timor Leste mengira Mr Kim menipu anak-anak untuk memberinya uang setiap hari dengan mengiming-imingi sepatu. Dari situ Mr Kim mmelihat anak-anak tidak hanya sebagai konsumen pengguna sepatunya. Mr Kim juga ingin membuat mereka hidup lebih baik, melalui sepak bola.

Kian hari Mr Kim semakin dekat dengan anak-anak bahkan juga berdamai dengan pemuda Timor Leste yang kemudian melihat ketulusan hati Mr Kim. Mr Kim bercita-cita membawa tim sepak bola nya ke ajang international meskipun itu seperti mustahil. Dari sini filmnya sangat menyentuh. Air mata saya tidak berhenti menetes melihat bagaimana Mr Kim mewujudkan keinginan yang bagi orang lain pasti sangat tidak mungkin. Bayangkan saja, dengan keadaan yang serba terbatas, fasilitas tidak mendukung, pemerintah pun tidak campur tangan, modal tidak ada sepeser pun. Halangan yang lain adalah ada 2 orang anak yang berselisih paham karena dendam keluarga semasa perang. Banar-benar sulit menjadikan mereka dalam satu tim karena mereka mudah tersulut emosi dan langsung berkelahi.

Mr Kim dibantu dengan sahabatnya seorang staf diplomat berlari kesana kemari untuk mendapatkan sponsor tim sepak bola pergi mengikuti youth soccer competition di Hiroshima Jepang. Setelah berhari-hari berjuang mendatangi pemerintah, expatriate, pengusaha di sana-sini, mereka masih belum juga mendapatkan bantuan. Padahal batas waktu kurang dari 24 jam. Nah bikin deg-deg an kan?Pada akhirnya mereka mendapatkan sponsorship dari sebuah perusahaan advertisement setelah staf diplomat teman Mr Kim mengirimkan proposal in the last minute. Kebahagiaan memuncak saat tim Mr Kim dinyatakan menang dalam pertandingan international pertama tim Timor Leste tersebut. Bayangkan, baru pertama keluar kandang, dan menang! Terlebih lagi, anak2 yang awalnya suka berkelahi karena dendam sudah bisa berdamai di lapangan, bekerja sama mencari angka mengalahkan lawan.

Happy ending, akhir yang membahagiakan penonton film A Barefood Dream yang sambil meler-meler bercucuran air mata, hehe. Very recommended to watch!

Seharusnya setelah nonton ini kita jadi lebih semangat mengejar mimpi kita, bagaimanapun sulitnya. Be positive thinking. Tetep, tidak ada yang tidak mungkin, yang ada adalah kemenangan yang tertunda. Apa pun yang kita inginkan pasti terwujud asalkan kita tidak berhenti berharap dan berusaha. I will try no matter what. Hwaiting! :)

1 comment:

  1. Alloww...My Sassy Girl pernah nonton kan? Film Korea lawas yg ngehits di tahun 2000-an. Dikabarkan di website penghimpun informasi iyaa.com katanya film keren ini bakalan dibuat sekuelnya.

    ReplyDelete